[FF] Belle the Angel: The Right Man For Her

title: Belle the Angel: The Right Man For Her
author: weaweo
length: oneshot
rating: T
genre: fantasy, romance, comedy (ngga jelas)
casts: Belle and her mysterious clients (baca aja sendiri :p)

-say no to plagiarism!- leave some comments after read!-

Belle the Angel: The Right Man For Her

by weaweo

Ah, capek sekali aku hari ini. Jadwalku hari ini padat, aku jadi susah beristirahat. Selesai satu, datang tugas yang lain. Apa? Kalian menyuruhku untuk menunda tugasku sebentar? Aniyo, tidak akan bisa karena tugasku sangat riskan untuk ditunda! Sekali saja aku bermain-main dengan tugasku, bisa-bisa aku tidak dilahirkan lagi ke dunia!

Oh, aku belum memperkenalkan diri. Anyyeong, Belle imnida. Aku adalah malaikat cinta. Ish, kenapa kalian tertawa? Aku memang seorang malaikat cinta! Kalau kalian tidak percaya, kubuat kalian jatuh cinta kepada orang yang kalian lihat pertama kali pada hari ini!

Kalian takut? Hahaha, tenang saja aku hanya menakut-nakuti kalian. Tentu saja tidak akan kulakukan, karena itu terlarang! Aku tidak boleh melakukan mantra cinta kepada seseorang yang tidak berhak menerimanya. Aku harus melakukan sesuai dengan apa tugasku saat itu.

Kali ini, aku ditugaskan untuk membuat seorang yeoja jatuh cinta kepada seorang namja yang sudah lama menyukainya. Aku kurang tahu siapa yeoja dan namja itu, karena tugas seorang malaikat cinta tidak pernah dijabarkan secara gamblang. Aku hanya diberi wajah dan lokasi tempatnya (kami menggunakan garis lintang dan bujur- kalian kira hanya manusia yang menggunakannya?). Setelah itu memperhatikan tingkah laku mereka sampai kami akhirnya tahu apa yang harus kami lakukan. Untuk itu kadang aku harus menunggu sampai berhari-hari. Melelahkan ya?

Namanya saja tugas, jadi harus kuselesaikan cepat-cepat dan harus benar! Kalau tidak reinkarnasiku bisa tertunda! Aku sudah punya tanggal reinkarnasi yang sangat bagus- 12 Maret 2011. Tinggal menunggu sekitar tiga bulan lagi! Fighting!! YEAH!

Sudah tiga jam aku memperhatikan seorang namja. Namja itu bersetelan resmi, warnanya abu-abu. Kurasa umurnya sekitar 24 tahun. Sedari tadi ia hanya memandangi gedung besar di hadapannya. Gedung mewah yang di depannya terdapat sebuah papan bertuliskan: ‘Pernikahan Kwon Yuri dan Lee Donghae’.

Apa yang sedang dipikirkan namja itu ya? Tampaknya ia sangat gelisah- apakah dia namja yang mencintai seorang yeoja yang akan aku mantrai nanti?

“Donghae-ah!”

Seruan itu membuatnya menoleh. Seorang namja berusia sebaya dengannya menghampirinya dengan senyum yang terkembang. Wajahnya bersih, cukup tampan, dan tubuhnya tinggi besar, kekar. Aigoo- kalau aku manusia pasti aku naksir padanya!

“Kau pasti senang, hari ini kau akan menikah! Chukkae-!”

Namja yang aku perhatikan sedari tadi hanya tersenyum samar sambil menatap papan bertuliskan namanya itu. Wajahnya yang polos berubah sendu. Tampaknya teman namja yang bernama Donghae itu juga menyadarinya. Dia berdecak kesal.

“Aku tahu kau tidak menyukai pernikahan ini, tapi kuharap kau mau menerimanya dengan senang hati! Lagipula kau sudah menerimanya bukan?”

Donghae menatap temannya sambil menghembuskan nafas, “Ya, aku memang harus menerimanya Siwon, karena aku sudah bilang iya. Namun, hati kecilku..”

Siwon, teman namja itu, menepuk bahu sobatnya simpati, “Kau melakukannya demi kebaikan, Donghae. Kau berjasa. Kau menolong yeoja itu!”

Donghae tersenyum, walaupun begitu dari matanya aku tahu dia terluka. Dia menutupi kesedihan itu semampunya, walaupun aku tahu Siwon menyadarinya.

Seorang eomonim setengah baya keluar dari gedung dan berseru lantang, “Donghae-ssi. Cepatlah kau masuk, kami akan mendandanimu!”

“Ne! Aku segera datang!” Donghae menyahut. Eomonim itu mengangguk lalu berjalan masuk.

“Good luck, bro. Keep smile!” Siwon memeluk Donghae. Donghae memeluknya juga.

“Thanks,” Donghae melepaskan pelukannya dan berjalan masuk gedung. Siwon memperhatikan hingga tubuh Donghae lenyap dari pandangannya lalu pergi menjauh.

Aigoo-! Aku harus mengikuti Lee Donghae dan mencari tahu apa yang harus aku lakukan. Kukepakkan sayapku dan aku terbang masuk ke dalam gedung tanpa diketahui banyak orang. Tentu saja, manusia-manusia tidak akan bisa melihatku walaupun aku ingin. Sudah kubilang kan kalau aku malaikat cinta?

Asal kalian tahu saja, aku bukan cupid seperti yang orang-orang bilang! Cupid hanya karangan manusia, sedangkan aku bukan cupid. Aku berbentuk tubuh manusia, sama seperti kalian. Aku juga punya sayap di punggungku dan sayapku itu besar. Semua malaikat cinta bentuknya manusia yeoja, jadi sangat salah kalau kalian bilang aku cupid. Cupid kan namja dan bentuknya kecil. Beda bukan denganku?

Ah, tak sadar aku sudah kehilangan jejak namja itu! Sial, kemana perginya dia? Ini salahku, kenapa tadi aku malah hanya memandang adegan drama antara dua sahabat itu?

Aku terus terbang sampai pada akhirnya kutemukan sebuah ruangan dengan kerlip lampu menyilaukan. Sedari tadi aku terbang di ruangan yang remang-remang. Kumasuki ruangan itu tanpa harus membuka pintu, kudapati seorang yeoja sedang duduk dirias oleh seorang yeoja lain. Yeoja yang sedang duduk di depan meja rias sangatlah cantik. Kulitnya putih bersih dan rambutnya panjang, sehalus sutra. Yeoja yang sedang mendandaninya juga cantik, rambutnya juga panjang dan berkilau. Ia menata rambut yeoja yang duduk dengan hati-hati.

Keheningan yang sangat aneh, itu yang kurasakan. Mereka berdua saling diam, tanpa mengeluarkan perkataan sedikitpun. Yang terdengar hanyalah suara alat-alat yang digunakan yeoja rambut berkilau untuk menata rambut yeoja yang sedang duduk. Keheningan ini sangat dingin. Sebaiknya aku keluar saja.

Kukepakkan sayapku dan melayang keluar, namun kuurungkan karena kudengar yeoja berambut berkilau menjatuhkan sisirnya. Aku menoleh dan mendapati yeoja yang duduk memandang yeoja rambut berkilau dengan kesal.

“Aku tahu, sedari tadi kau memikirkan sesuatu tentangku! Kau pasti sengaja menjatuhkan sisirmu untuk menyindirku! Iya bukan?” gertaknya galak.

Yeoja berambut berkilau mengambil sisirnya dan berdecak kesal, “Ya-! Kau selalu menuduhku macam-macam! Aku sahabatmu Yuri, aku tidak mungkin membicarakanmu di belakang!”

Yuri, yeoja yang duduk tadi sekarang tidak duduk lagi. Dia sudah berdiri dan menatap yeoja rambut berkilau dengan tatapan nelangsa. Yeoja berkilau mendekatinya dan memeluknya.

“Aku tahu kau sedang putus asa, Yuri-ah. Bersabarlah.”

Chamkanman! Jadi inikah yeoja yang akan menikah dengan Lee Donghae, namja yang aku ikuti tadi? Namanya Yuri bukan? Tadi di papan depan gedung tulisannya Kwon Yuri!

Yeoja berambut berkilau melepas pelukannya dan terperanjat, “Astaga, Yuri-ah! Kau menangis? Rambutmu jadi basah!”

“Biar saja, Yoona-ssi. Aku benar-benar sudah putus asa. Donghae masih belum bisa mencintaiku!”

“Yuri-ah, yang penting kau bisa mendapatkannya! Itu yang terpenting!”

Yuri mendengus dalam tangisnya, “Aku memang memilikinya, aku akan menikah dengannya. Tetapi hatinya bukan buatku, Yoona..”

Yoona, yeoja yang rambutnya berkilau, menepuk-nepuk punggung Yuri, “Yang terpenting kau bisa menghindarkannya dari yeoja yang merebutnya darimu. Kim Hyuncha pasti sedang menangis darah sekarang.”

Yuri menegakkan kepalanya, “Kau benar. Hyuncha yang malang.”

“Kenapa kau malah kasihan kepadanya? Dia sudah merebut Donghae darimu!” Yoona menuntun Yuri agar kembali duduk di kursi.

“Bagaimanapun aku bersalah, Yoona. Aku sudah menggunakannya untuk mendapatkan Donghae.”

Yoona mulai menyisir lagi, “Dia memang ditakdirkan membantumu untuk mendapatkan Donghae. Aku yakin itu. Ah, rambutmu akan kugerai biasa saja, waktunya sudah mepet.”

“Namun aku tetap merasa bersalah, Yoona. Aku membohongi semua orang.”

Yoona mengambil selembar tisu dan mengelap berkas tangisan Yuri, “Kau berbohong demi kebaikan kok, Yuri. Yang kau lakukan adalah demi kebaikan. It’s a white lie. Kau tidak berdosa.”

Huh, apa sebenarnya yang mereka bicarakan? Apa maksudnya white lie? Apa sebenarnya hubungan Yuri dengan Donghae? Siapa Hyuncha? Siapa dia yang mereka bicarakan tadi?

Molla- aku hanya seorang malaikat dan malaikat tidak punya kemampuan untuk membaca pikiran..

Kuputuskan untuk keluar dari ruangan itu dan meneruskan mencari Donghae. Kumasuki ruangan pertama yang kutemui di lorong yang sama dengan ruangan Yuri-Yoona tadi. Seorang eomonim duduk di sofa, wajahnya sedih. Di sebelahnya ada seorang yeoja muda. Wajah yeoja ini sesendu wajah eomonim tadi.

“Umma, kumohon hentikan tangismu. Oppa pasti baik-baik saja,” yeoja muda itu menepuk bahu eomonim sedih tadi. Ternyata ia adalah anaknya? Pantas mereka mirip.

“Oppamu tidak mencintai Yuri, dia hanya mencintai Hyuncha! Tapi mengapa dia harus menikah dengan Yuri?”

Oh, jadi ini ibu dan saudara perempuan Donghae? Seharusnya mereka gembira saat pernikahan tapi mengapa mereka menangis? Jadi Donghae benar-benar dinikahkan secara paksa?

Tetapi kenapa Siwon, namja kekar tadi, bilang kalau Donghae sudah menerimanya? Apa Donghae memaksakan diri? Ckckck, benar-benar namja yang baik, mau menikah dengan yeoja yang dia tidak suka.

Kenapa Yuri ingin sekali menikah dengan namja tadi ya? Apakah dia mencintai Donghae? Sayang sekali Donghae tidak mencintainya. Apa aku harus memantrai Donghae agar membalas cinta Yuri?

Hey, tunggu dulu.. Tugasku adalah memantrai seorang yeoja bukan namja! Donghae kan namja. Mana mungkin aku memantrainya.

“Hyuncha pasti bisa menerimanya, umma. Hyuncha yeoja yang baik, dia pasti rela,” yeodongsaeng Donghae memeluk ibunya. Ah, aku jadi kasihan dengan ibunya.

Betul juga, kalau aku memantrai Donghae, akan ada hati yang patah karenanya. Padahal dalam tugas kami tidak boleh mengorbankan orang lain. Sebaiknya aku lihat dulu perkembangannya!

“Appa-mu Yoorin. Dia menyebalkan sekali! Kenapa dia menyuruh Donghae menikah dengan Yuri hanya karena itu! Aku tidak percaya kalau namja yang aku nikahi selama 25 tahun setega itu kepada Donghae!”

“Molla. Biarkan saja appa dengan pikirannya sendiri, umma. Bagaimanapun pasti appa sudah memikirkannya masak-masak.”

Ah, ternyata appa-nya yang menyuruh Donghae menikah? Cih, Donghae benar-benar baik hati. Kalau aku pasti sudah memberontak!

Kuputuskan untuk meneruskan mencari Donghae ke ruang lain. Kulayangkan tubuhku ke ruangan di sebelah ruangan umma dan yeodongsaeng Donghae tadi, namun suara yang sangat keras menggangguku. Sumbernya dari luar gedung. Segera kukepakkan sayapku dan berderu ke luar gedung- mencari apa yang terjadi.

Jujur aku khawatir kalau sumber keributannya adalah namja yang akan menikah itu. Aku hanya takut kalau Donghae tiba-tiba memutuskan untuk bunuh diri karena frustasi..

Hey, segala kemungkinan bisa terjadi bukan? Walaupun dengan matinya dia akan menyelesaikan tugasku, aku tidak bisa membiarkannya mati sia-sia!

Begitu keluar dari gedung, kulihat seorang namja berusaha masuk ke dalam aula namun dihalangi oleh banyak penjaga keamanan. Mereka mendorong-dorong namja itu sampai terjatuh di trotoar. Aish, kasihan sekali dia.

“Tolong, Anda pergi saja! Nama Anda sudah dimasukkan daftar blacklist!” hardik salah satu security.

Namja itu bangkit lalu menatap security itu tajam, “Kumohon, biarkan aku masuk dan menemui Yuri. Ada banyak hal yang harus aku sampaikan!”

“Sudahlah! Kau pulang saja! Kau sangat mengganggu!” bentak security yang lain. Ia dengan teman-temannya langsung menarik tangan namja itu kasar dan menggeretnya keluar kompleks aula. Aku mengikutinya. Namja itu tidak bisa melawan karena kalah jumlah. Itulah kenapa aku tidak suka hukum: yang banyak menang. Itu sangat tidak adil!

Setelah namja itu dikeluarkan paksa dari halaman aula, mereka langsung mengunci pintu gerbang agar namja itu tidak bisa masuk. Namja itu berteriak-teriak dengan kesal ke penjaga-penjaga keamanan itu, namun tak seorang pun menoleh dan menolongnya. Bahkan dia sampai mengumpat-umpat di depan gerbang.

Kurasa ia mulai capek setelah berteriak-teriak sampai suaranya habis. Ia senderkan punggungnya ke pagar besi gerbang itu. Matanya terpejam, bibirnya bergerak perlahan. Ia menggigit bibirnya dan mengepalkan tangan kemudian mulai berteriak lagi memanggil security.

Namja yang pantang menyerah. Kenapa dia sampai berjuang seperti itu hanya untuk dapat bertemu dengan Yuri? Apa hubungannya dengan Yuri?

Saat kulayangkan pandanganku ke arah aula, kulihat sosok Yoona masuk kembali ke dalam aula. Kuderukan sayapku ke arahnya dan kuikuti dia. Ternyata dia menuju ke ruangan tempatnya dan Yuri tadi.

Di dalam ruangan ada seorang abeoji dan eomonim. Mereka sedang memandangi Yuri dalam balutan gaun pengantin berwarna kuning gading. Dia tampak seperti dewi kahyangan.

“Aigoo- anakku sudah cantik dan siap untuk menikah!” seru eomonim itu. Pasti dia ibunya Yuri.

“Lee Donghae pasti sangat bangga memilikimu, nak. Kau cantik dan menarik, sama seperti umma-mu,” cetus abeoji itu. Kutebak itu adalah appa-nya Yuri.

Yuri hanya tersenyum tipis menanggapi perkataan orang tuanya. Dia melirik ke arah pintu tempat Yoona masih berdiri di depannya (kurasa dia tidak mau mengganggu?) dan menyuruhnya masuk.

“Yoona. Siapa yang berisik di luar?” tanyanya setelah Yoona mendekat.

“Yesung-oppa. Dia menyuruh security membiarkannya masuk.”

Umma-nya Yuri membelalakkan matanya, “Mwo-? Namja gila itu masih menguber-uber Yuri, bahkan di hari pernikahannya? Apa dia tidak capek? Apa dia tidak punya rasa malu?!”

“Apa dia masih mengatakan bahwa anak yang dikandung Yuri adalah anaknya, Yoona-ssi?” tanya appa-nya Yuri. Yuri yang sedang minum langsung memuncratkan airnya.

“Ne, ajhussi. Dia bilang dia yang menghamili Yuri.”

“Aigoo- kita tahu dari dulu kalau dia sangat suka kepada Yuri, sudah dari sepuluh tahun yang lalu. Mungkin saking depresinya makanya dia sampai berbohong kalau dia yang menghamili Yuri, agar nanti kita nikahkan.”

Mwo-? Jadi Yuri hamil? Apa itu yang dimaksudkan Yoona dan Yuri tadi? Yang mereka gunakan untuk mendapatkan Donghae?

Appa-nya Yuri mengangguk-anggukkan kepalaya, “Ne, kau benar jagiya. Dia pasti sangat terobsesi dengan Yuri.”

“Yuri? Gwenchanayo-?” umma-nya Yuri bertanya pada Yuri. Sedari tadi ia hanya berdiri sambil menggenggam gelasnya. Ah, tadi ia menyemburkan air bukan? Mungkin ia tersedak.

“Gwenchana, umma. Hanya sedikit tersedak.”

“Aigoo- sedikit punbisa berbahaya! Kau benar-benar tidak apa-apa?” tanya umma-nya khawatir.

“Ne, aku baik-baik saja. Gomawo, umma..”

“Sudahlah, ia sudah mau menikah Jisun! Berhentilah mengkhawatirkannya seperti anak kecil!” ujar appa-nya Yuri sambil tertawa-tawa. “Kau sangat beruntung, Yuri! Kau mendapatkan orang yang mau bertanggung jawab atas perbuatannya!”

“Ya, Donghae memang sangat baik! Dia mau bertanggung jawab setelah apa yang ia lakukan kepadamu. Kau seharusnya bersyukur!” umma-nya Yuri menambahkan.

Yuri hanya tersenyum tipis menanggapinya. Wajahnya agak menunjukkan.. tekanan menurutku.

Aigoo- jadi Donghae yang menghamili Yuri? Tidak dapat kupercaya, bagaimana seorang namja yang polos seperti dia melakukan hal itu?

Tunggu dulu- tapi tadi Yuri mengatakan kalau Donghae tidak mencintainya.. Lalu kenapa dia melakukan hal itu?

“Tuan dan Nyonya Kwon-?” seorang laki-laki muda masuk sembari membawa map. “Ada tamu dari Jepang yang sudah datang.”

“Omona, itu pasti sepupumu Yuri. Katakan padanya untuk menunggu sebentar. Yuri, berbahagialah! Hri ini hari pernikahanmu!” Appa-nya Yuri memegang kedua bahunya dan menepuknya pelan, kemudian ia mengikuti laki-laki itu.

“Yuri, jangan gugup ya sayang. Sampai jumpa di pernikahanmu!” umma-nya Yuri memeluknya, lalu ia berjalan keluar menyusul suaminya.

Sudah waktunya aku mencari Donghae lagi. Kugerakkan sayapku dan berjalan menyusuri lorong. Kutemukan sebuah ruangan yang sedari tadi belum kumasuki. Ini ruangan Donghae kah? Sebaiknya kulihat.

Kumasuki kamar yang tertutup pintunya itu dengan menembusnya. Benar saja, Donghae sedang duduk memandangi dirinya sendiri dalam pantulan cermin meja rias.

Dia hanya diam memandangi bayangannya. Kutunggu sampai lima menit namun ia masih hanya diam. Sampai akhirnya, ia menggerakkan tangannya dan mengepalkannya ke atas. Dia tersenyum.

“Lee Donghae! Ayolah! Semangat!” ujarnya menyemangati dirinya sendiri. “Lagipula kau melakukannya untuk anakmu! Anakmu Lee Donghae! Kau harus bertanggung jawab!”

Senyumnya lenyap digantikan sorot mata kekecewaan, “Bagaimana aku tahu kalau dia anakku? Bagaimana aku bisa tahu, padahal aku tidak yakin apakah aku melakukannya dengan Yuri?”

Apa-? Kenapa dia tidak yakin? Namja aneh. Aku harus tahu lebih banyak namun tampaknya dia memikirkan semuanya di dalam pikirannya sendiri. Ayolah, Donghae.. Aku ingin mendengar lebih banyak karena aku bisa membaca pikiranmu!

“Aku tidak melakukannya..” desisnya perlahan. Sangat pelan, aku hampir tidak mendengarnya. Kumajukan tubuhku untuk lebih mendekat kepadanya.

Aigoo- ia malah membungkamkan mulutnya. Cepatlah, katakan padaku agar aku bisa membantumu!

Tanpa sadar aku berbisik kepadanya, “Katakan..

Dia menoleh ke arahku, ketakutan. Ack! Aku melakukan kesalahan! Tidak seharusnya aku berbisik padanya! Untunglah dia tidak bisa melihatku!

Setelah capai menoleh mencari keberadaan suara yang berbisik padanya- yaitu aku- ia memutuskan untuk mengganggap suara itu adalah bayangan pikirannya sendiri.

“Hanya perasaanku, hanya perasaanku,” ujarnya menenangkan dirinya sendiri. Syukurlah, anggap saja aku kata hatimu.

Beberapa menit kemudian, ia hanya menatap bayangan dirinya di cermin. Aish, sudahlah! Aku pergi saja kalau begini! Dia hanya akan memikirkannya dalam pikirannya sendiri! Kubalikkan badanku dan mulai mengepakkan sayapku.

“Dia anakku? Aku tidak yakin. Yang aku ingat saat terbangun Yuri sudah ada di sampingku. Menatapku sambil menangis.”

Aku langsung berbalik mendengarnya meracau. Hahaha, doaku terkabul. Dia mengatakan semua yang ada di pikirannya.

“Saat hujan, aku lewat di depan flat Yuri. Yang aku tahu aku berteduh di rumahnya dan tertidur di sofa. Ketika aku bangun, kami sudah bersama di atas ranjang.”

“Yuri menatapku sambil menangis. Ketika kutanya kenapa dia melakukan hal itu, dia menjawab aku yang melakukannya. Aku yang memaksanya. Dia bilang aku mabuk- karena memang saat ke rumahnya aku baru pulang dari pesta.”

“Tetapi aku benar-benar yakin, aku sudah sadar penuh. Lagipula aku hanya meminum sedikit soju!”

Ah, aku mengerti sekarang. Yang aku yakini sekarang- namja tampan ini tidak bersalah. Bukan dia pelakunya.Kalau begitu.. siapa yang melakukannya?

“Tampaknya aku memang harus bertanggung jawab, karena aku yang melakukannya. Itu faktanya Donghae. Kau tidak bisa meninggalkan Yuri, walaupun Hyuncha menangis dan mengancam akan bunuh diri kalau aku menikah dengan Yuri..”

Aku menatap Donghae penuh rasa iba. Mata Donghae terlihat putus asa, namun bercahaya. Seolah-olah ada semangat baru di dalam dirinya.

“Aku tetap harus menikah dengan Yuri.. karena anakku.”

Ah, Donghae. Kau akan menjadi appa yang baik. Kuhampiri dia lagi dan menunduk ke bawah ke telinganya. Berbisik padanya dengan suara yang hampir menyerupai suara angin berhembus.

Percayalah pada kata hatimu..

Kemudian kulayangkan tubuhku keluar, meskipun Donghae sekarang mungkin sedang mencari-cari suara siapakah tadi.

Aku terbang menyusuri lorong aula ini. Aku harus segera menemukan ayah si bayi dalam kandungan Yuri. Kalau apa yang dikatakan Donghae tentang rencana bunuh diri Hyuncha itu serius- aku harus bergegas bukan?

BLAM. Pintu di ruangan Yuri menjeblak terbuka. Seorang namja keluar, terjatuh di lantai karena didorong seorang yeoja. Yeoja itu Yuri. Dan namja itu.. dia namja yang di luar tadi! Dia yang berteriak-teriak memanggil security tadi.

“Yuri, biarkan aku menikah denganmu! Aku bisa menjadi appa yang baik bagi anak yang ada di kandunganmu!”

“Andwae. Tidak, Yesung. Anak ini sudah punya appa yang baik dan dia adalah Lee Donghae,” Yuri berkata dingin.

Yesung- namja itu- bangkit dan menatap Yuri tak percaya. Dia mendengus keras, “Huh, kapan kau akan sadar bahwa Donghae tidak mencintaimu?”

“Aku sudah sadar dari dulu.”

“Lalu? Aku yang mencintaimu, Yuri! Akulah yang mencintaimu!”

“Dan aku tidak! Mianhae Yesung, buatku hubungan kita adalah sebatas teman.”

“Mwo-? Lalu kenapa kau mau-mau saja tidur denganku satu bulan lalu? Waeyo Yuri? Kau sama sekali tidak menolakku! Akui saja Yuri, anak itu adalah anakku!”

Aigoo-? Apa dia ayah dari janin di rahim Yuri? Inikah ayahnya?

“Sudah kubilang, jangan ungkit-ungkit itu lagi! Aku tidak mau dengar! Pergi kau dari sini!” jerit Yuri. Dia langsung menutup pintu keras.

Yesung terhenyak di depan pintu. Wajahnya pias. Tampaknya dia sangat kesal.

Ah, akhirnya aku tahu apa yang harus kulakukan. Tugasku adalah memantrai seorang yeoja yang tidak mencintai namja yang mencintainya. Dia adalah Yuri, namja yang mencintainya adalah Yesung. Kurasa aku sudah benar. Tugasku kan harusnya tidak boleh mengorbankan orang lain. Kalau mantra aku lakukan kepada Yuri selain untuk menyelamatkan Yesung, juga akan menyelamatkan Hyuncha, yeoja yang Donghae bicarakan tadi.

Kurasa ini sudah benar. Kuperhatikan Yesung yang berdiri menyandar lemas di dinding. Wajahnya pucat, kekecewaan terlihat dari seluruh bahasa tubuhnya.

“Yuri,” ia menggumam pelan. “Sepuluh tahun aku mencintaimu, menunggumu. Kita sahabat dan aku mengakui kalau aku mencintaimu sejak dulu. Kau selalu membuatku menunggu, karena kau tidak pernah bilang tidak. Namun kita tetap bersahabat. Tahu begini aku melupakanmu dari dulu.”

Yesung meracau lagi, “Kalau kau tidak mencintaiku, kenapa kau melakukannya? Apa kau tidak peduli pada perasaanku? Setidaknya kalau kau tidak peduli padaku- kau pasti peduli perasaan Donghae dan Hyuncha, adik sepupumu?”

Dia meninggalkan lorong itu sambil bersenandung lirih. Kasihan. Namja ini sudah mencintai yeoja bernama Yuri itu sejak lama namun yeoja itu tampaknya tidak memberi kesempatan.

Kukepakkan sayapku ke dalam ruangan tempat Yuri berada. Yuri sedang duduk di depan meja rias seraya menangis. Kurasa dia sebenarnya menyukai Yesung, hanya saja dia merasa cintanya untuk Donghae jauh lebih besar…

Kudekati dia dan berbisik pelan, “Kau mencintainya karena kau tidak pernah menolaknya.”

Dia tersentak dan mencari keberadaanku. Aniyo Yuri, kau tidak akan melihatku.

“Dia takdirmu, Yuri. Kau mencintainya. Bersamanya kau merasa kuat bukan?”

Yuri tertegun. Dia menyeka tangisnya dan menatap bayangannya di cermin. “Sepuluh tahun, apa dia tidak capek?”

“Tidak- karena dia mencintaimu,” kujawab pertanyaannya dengan suara pelan.

“Tapi aku tidak. Aku hanya mencintai Donghae, aku melakukan ini untuk diriku.”

“Kau kuat bersamanya. Sepuluh tahun kau bersahabat dengannya dengan perasaannya kepadamu. Kau mengacuhkan perasaannya karena tak yakin pada perasaanmu.”

Yuri terdiam cukup lama, sampai pada akhirnya dia mengepalkan tangannya, “Aku sudah tak mencintainya. Aku yakin dengan rasaku kepada Donghae. Aku tidak akan berhenti.”

Keras kepala. Kuangkat tanganku dan kurapalkan mantra andalanku.

O mon amour. Donner à cette femme en amour avec l’homme droit.”

Gemerlap cahaya muncul dari tanganku dan menyelimuti Yuri. Seketika Yuri bangkit dan menatap bayangannya di cermin.

“Katakan,” bisikku perlahan. “Katakan hari ini dan kau takkan menyesal.”

Kukepakkan sayapku dan terbang keluar. Aku hanya dapat menunggu karena apa yang memang harus kulakukan sudah aku lakukan.

***

Walaupun aku sudah mengucapkan mantraku, namun itu tak bisa menghentikan pernikahan antara Donghae dan Yuri. Seluruh tamu sudah menghadiri aula itu, orang tua Donghae sudah duduk di barisan paling depan. Umma-nya Yuri dan sahabatnya, Yoona, sudah duduk juga.

Tiba-tiba, Yuri masuk dengan ayahnya. Aigoo, dia cantik sekali. Mereka berjalan mendekati sang pengantin lelaki yang sudah menunggu di depan sana.

Mereka segera berdiri bersisihan. Donghae sudah bersiap mengucapkan janji pernikahannya. Kulirik bangku barisan paling belakang. Yesung duduk di sana, menatap kedua mempelai dengan wajah kuyu.

Yuri, jangan kecewakan diriku dan Yesung.

“Apakah kamu, Lee Donghae, bersedia menikah dengan Kwon Yuri, selalu bersama dalam susah senang, sakit sehat, sampai maut memisahkan kalian?”

Donghae menatap Yuri- yang sedari tadi terlihat sangat tenang. Dia tersenyum dan membuka mulutnya, bersiap mengatakan kata-kata yang harus dikatakannya.

“Ya, aku..”

Tiba-tiba jemari tangan Yuri mendarat di bibir Donghae. Ia terkesiap kaget. Yuri tersenyum tipis.

“Sudahlah, Donghae. Aku lebih baik begini. Terima kasih kau sudah mau mengakuinya, padahal kau tahu itu bukan milikmu.”

Kening Donghae berkerut. Seluruh hadirin yang ada menatap kedua mempelai sambil berbisik-bisik. Yuri berbalik menghadap mereka dan berdiri dengan berani.

“Maaf, bukan dengannya seharusnya aku menikah!”

Suara gunjingan tamu-tamu semakin keras. Kedua orang tua Yuri dan Donghae menatap Yuri bingung. Yuri berjalan maju, menyusuri jalan antara bangku-bangku. Dia berjalan ke bangku belakang.

Ketika sampai di depan Yesung- dia langsung menggamit tangan Yesung dan menariknya ke depan. Mereka berjalan bersisihan.

“Pak, seharusnya dialah yang menikah denganku.”

“Mwo-?” Seluruh hadirin memandang mereka ingin tahu.

Yuri menatap Yesung dengan matanya yang indah. Yesung menatapnya tidak mengerti.

“Saranghae, Yesung,” ucap Yuri lirih.

Yesung tersenyum dan berkata pada pendeta di hadapannya, “Nikahkan kami, Pak. Aku, Kim Jongwoon, yang mencintainya, bukan Lee Donghae.”

Pendeta itu mengangguk mengerti. “Apakah kamu, Kim Jongwoon, bersedia menikah dengan Kwon Yuri, selalu bersama dalam susah senang, sakit sehat, sampai maut memisahkan kalian?”

“Ya, aku bersedia.”

“Apakah kamu, Kwon Yuri, bersedia menikah dengan Kim Jongwoon, selalu bersama dalam susah senang, sakit sehat, sampai maut memisahkan kalian?”

Yuri menatap Yesung dengan penuh kasih sayang. “Ya, aku bersedia.”

“Kalau begitu aku resmikan kalian menjadi pasangan suami-isteri.”

Yuri dan Yesung saling menatap dan berpelukan erat.

Seluruh hadirin bertepuk tangan. Kedua orang tua Yuri saling berpandangan, namun mereka tersenyum. Tampaknya mereka mengerti.

Umma dan yeodongsaeng-nya Donghae saling memeluk, appanya hanya tersenyum tipis. Donghae, yang sedari tadi melongo di dekat mempelai, tersenyum melihat kemesraan kedua suami-isteri baru itu.

Yuri melepas pelukannya dan menatap Donghae penuh perasaan, “Jeongmal mianhae, Donghae. Aku berbohong padamu. Padahal kau pasti sudah tahu kalau..”

“Gwenchana. Aku sama sekali tidak keberatan, karena aku sudah menebaknya. Semoga kalian langgeng selamanya.”

“Cepatlah kau menyusul Hyuncha, Donghae. Dia pasti belum tahu kalau kau tidak jadi menikah,” Yesung menepuk pundak Donghae.

“Aigoo- aku lupa! Anyyeong!” Donghae berlari menembus kerumunan. Apakah Hyuncha benar-benar akan bunuh diri?

Ah.. Tugasku sudah selesai. Baguslah- kedua orang ini memang ditakdirkan bersama. Tadi sempat kulihat benang merah menghubungkan kelingking mereka.

“Selamat tinggal, kalian berdua,” kubisikkan kata-kata perpisahan kepada mereka berdua. Keduanya menoleh, mencari keberadaanku.

Kalian tidak akan melihatku, kalian hanya akan merasakanku.

Aku berada di sekitar kalian. Menjaga cinta manusia agar tetap ada, karena manusia membutuhkannya.

Dan aku akan datang ketika kalian membutuhkan cinta..

***

Lama sekali mesin ini bekerja. Sudah sepuluh menit aku menunggunya mengeluarkan kertas itu! Huh.

Kertas yang kutunggu adalah nota pekerjaanku tadi. Aku sudah menyelesaikan satu bukan? Bisa saja kredit poinku bertambah banyak karena tugas itu kuselesaikan cepat dan benar!

Oh ya, aku belum bilang. Setiap kau menyelesaikan tugas, kau akan diberikan kredit poin yang bisa kau tukarkan waktu. Nantinya waktu itu bisa kau gunakan untuk memajukan tanggal reinkarnasimu! Kalau kau tidak mau, kau bisa menukarkannya dengan tambahan kekuatan, dan sebagainya.

Tapi kalau tugasnya kau selesaikan dengan hasil kurang bagus, atau ada kesalahan yang kau buat, nantinya poinmu bisa minus. Kadang poinnya bisa mempengaruhi tanggal reinkarnasimu! Aku pernah diundur satu bulan hanya karena melakukan kesalahan kecil- aku tak sengaja menyentuh tubuh manusia yang aku jaga.

Ya, kami malaikat cinta, memang tidak boleh menyentuh tubuh manusia setitikpun. Itu pelanggaran! Bisa gawat kalau kau memang sengaja menyentuhnya-! Kata guruku sih, itu bisa membuat manusia menyadari kehadiran kita.

Ah, lama sekali mesin ini! Sebaiknya kutendang saja, kata senior-senior mesin ini memang harus ditendang! Kutengokkan kepalaku ke sekitarku- memastikan tidak ada seorangpun yang lewat. Bisa gawat kalau malaikat pengawas melihat perbuatan kriminalku.

Yes-! Tidak ada! Segara kutendang mesin itu keras.

DUKK!

Dia langsung bergetar hebat dan mengeluarkan kertasku! Tahu begini aku tendang dari tadi! Untunglah masih tidak ada orang. Hanya ada beberapa malaikat-malaikat muda yang berjalan pulang dari akademi dan mereka masih jauh di belakangku- tentu mereka tidak melihatku.

Kubaca laporan nota pekerjaanku..

Nama: Belle Swim
Tanggal reinkarnasi: 12 Maret 2011 pukul 07.56
Poin: 47
Pekerjaan: Membuat seorang perempuan menyadari cintanya kepada laki-laki yang tidak ia cintai
Rating pekerjaan: Mudah – Sedang – SulitSangat Sulit
Status pekerjaan: BERHASIL dalam waktu 6 jam 10 menit 32 detik dengan nilai 89
Hadiah: Poin plus 17
Kesalahan: Berkomunikasi dengan berbisik kepada manusia
Hukuman: Poin minus 17
Konsekuensi hukuman: Waktu reinkarnasi menjadi 12 Maret 2011 pukul 08.00
Catatan: Jangan tendang mesin! Pabbo!

Silakan tukarkan poin Anda ke sekretariat terdekat. Semoga hari Anda menyenangkan!
Print time: 17 Desember 2010 pukul 11.38

MWO-? KAU GILA? AKU SUDAH MENDAPAT POIN 17 DAN DIAMBIL LAGI? LALU WAKTU REINKARNASIKU! AIGOO! MESIN SIALAN!

BLAM! Kutendang mesin sialan itu. Biar saja-! Aku kesal padanya!!

CEKLEEEKK.. HRRRGHHHHH… GRNGGGGGGGG… Mesin itu bergetar dengan sangat hebat. Mengeluarkan suara yang membuat telinga tuli. Berisik! Kutendang lagi mesin itu pelan.

BUKK.. GGRRRRGGG.. SIUTTT…

Hwaaa-! Mesin sialan itu mengerluarkan kertas-kertas dan mulai melempariku! Aigoo! Lari! Hwaaaaaa-!

Akh- selamat tinggal di tugas selanjutnya! 🙂

-the end-

note: pernah dipublikasikan di FFIndo 😉

22 thoughts on “[FF] Belle the Angel: The Right Man For Her

Leave a comment